Sudah selayaknyalah penemuan dan prinsip-prinsip gizi tersebut digunakan untuk pemecahan masalah dan perbaikan gizi, terutama pada bayi, anak balita, ibu hamil dan menyusui yang merupakan kelompok rawan gizi agar tidak lagi berjatuhan korban akibat adanya kekurangan gizi. Kelompok rawan gizi perlu perhatian penuh dari semua pihak.
Jika kelompok rawan gizi tidak diperhatikan kebutuhan gizinya, maka dikhawatirkan sumberdaya manusia di masa yang akan datang menjadi rendah kualitasnya. Seorang ibu dalam keadaan hamil dan mengalami kekurangan gizi, memiliki resiko besar untuk melahirkan bayi dengan kondisi kekurangan gizi.
Bayi yang lahir dalam kondisi tidak sehat dikhawatirkan akan terhambat pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Masalah gizi yang diakibatkan kekurangan beberapa zat gizi masih dialami oleh mayarakat Indonesia. Masalah-masalah gizi yang dialami oleh masyarakat seperti KEP (Kurang Energi dan Protein), Anemia (kekurangan darah), KVA (Kekurangan Vitamin A), dan GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) serta folio.
Kekurangan Energi dan Protein (KEP) merupakan masalah gizi yang sangat memprihatinkan. Di Indonesia kasus KEP (gizi buruk) menjadi pusat perhatian pada awal tahun 1998 saat negara kita mengalami krisis ekonomi. Tingginya jumlah bayi dan balita penderita gizi buruk yang muncul di beberapa wilayah di Indonesia, sangat memprihatinkan.
Sebagian besar masyarakat golongan ekonomi lemah mengalami kekurangan pangan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti keadaan ekonomi yang sedang terpuruk, pengangguran meningkat.