Perubahan yang terjadi dalam pembakaran barang-barang keramik akan tergantung dari komposisi campuran bahan yang dipakai untuk badan keramik, suhu pemanasan dan kondisi pembakaran/suasana pembakaran (oksidasi, reduksi dan netral). Secara keseluruhan pembakaran biskuit dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu:
a. Tahap penguapan (water smoking): yaitu tahapan pelepasan air mekanis. Untuk menetapkan suhu berakhirnya tahap pengeringan sangatlah sulit, tetapi suhu 150oC dianggap sebagai suhu akhir tahap pelepasan air mekanis.
b. Tahap dehidrasi: pada tahap ini pembakaran dilakukan secara perlahan-lahan, karena pembakaran yang terlalu cepat akan mengakibatkan benda-benda keramik meledak/pecah. Air yang terkombinasi secara kimia dilepaskan dari badan keramik pada suhu antara 200oC dan 460oC.
c. Tahap oksidasi: tahap ini terjadi pada suhu antara 4000C-11000C. Saat tanah liat dibakar, sementara proses oksidasi kandungan karbon tak sempurna maka akan mengakibatkan timbulnya bintikbintik hitam dan lubang-lubang kecil pada permukaan badan keramik. Hal ini akan berdampak pula pada gerakan dan panas glasir yang menjadi tidak merata.
d. Tahap vitrifikasi: tahap pematangan badan keramik dan berlangsung pada suhu sekitar 9000C. Pada tahap ini terjadi peleburan dan rekristalisasi. Bila suhunya dinaikkan lagi, leburan akan menembus ke pori-pori yang lebih dalam dan menghasilkan bahan padat. Pada tahap ini, flux akan bereaksi dengan tanah liat dan cenderung melunak, dan akhirnya bila suhunya naik di atas titik vitrifikasi, maka akan keluar gas sehingga muncul gelembung yang mengakibatkan pelepuhan. Hal ini dikarenakan flux dalam badan keramik mendidih.
e. Tahap soaking: proses mempertahankan suhu pembakaran pada titik tertentu beberapa saat (soaking period) agar reaksi-reaksi yang terjadi merata pada seluruh bagian keramik. Apabila proses soaking period dianggap telah cukup, tungku dapat dimatikan dan didinginkan dalam waktu yang cukup atau minimal selama 18 jam. Setelah tungku dingin, dan suhu telah mencapai di bawah 100oC, tungku dapat dibuka sedikit, beberapa saat kemudian barang-barang dapat dibongkar/dikeluarkan.
Prinsip Reaksi Pembakaran
Bahan bakar kayu, arang, minyak untuk pembakaran keramik merupakan bahan bakar yang mengandung karbon dan akan bereaksi dengan oksigen (udara) sehingga membangkitkan panas. Yang utama dalam reaksi pembakaran ini adalah bagaimana mengalirkan udara (mengandung oksigen) secukupnya pada bahan bakar yang mengandung karbon. Pada prinsipnya, sebelum proses pembakaran terjadi, bahan bakar yang berbentuk padat (kayu dan arang) maupun cairan (minyak) harus berubah menjadi gas agar dapat menimbulkan panas.
Perubahan bahan bakar menjadi gas hanya akan terjadi apabila suhu pembakaran naik. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat terjadi proses pembakaran. Selama proses pembakaran berlangsung perlu ada pengendalian dalam hal berikut:
a. Temperatur. Temperatur atau suhu selama proses pembakaran dapat diukur dengan termokopel dan pirometer yang terpasang dalam tungku pembakaran.
b. Kecepatan Kompor Pembakar (Burner). Kecepatan pembakaran dapat diatur dengan menambah atau mengurangi jumlah bahan bakar dalam ruang pembakaran dengan mengatur kran bahan bakar. Dengan menambah bahan bakar, udara yang masuk dan diperlukan untuk pembakaran harus ditambah sehingga ada keseimbangan. Kecepatan pembakaran dapat dikontrol melalui termokopel atau pirometer dan disesuaikan dengan trayek pembakaran yang direncanakan.
c. Waktu. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tinggi rendahnya suhu pembakaran yang akan dicapai, kecepatan kenaikan suhu, dan yang penting kapasitas tungku pembakaran. Makin besar kapasitas tungku pembakaran makin lama waktu yang diperlukan untuk pembakaran.
d. Tarikan Cerobong. Tarikan cerobong diatur oleh skep atau damper yang dipasang antara tungku dan cerobong. Tarikan cerobong akan mempengaruhi efisiensi pemakaian bahan bakar dan kenaikan suhu. Bila tarikan cerobong terlalu tinggi/cepat gas panas tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan panas kepada benda keramik sehingga dibutuhkan bahan bakar yang lebih banyak untuk dapat menaikkan suhu. Kalau tarikan cerobong terlalu kecil/rendah maka pembakaran tidak lancar dan panas tidak merata.
e. Suasana pembakaran. Suasana pembakaran yang dimaksud adalah oksidasi, reduksi, atau netral. Suasana oksidasi akan terjadi bila udara yang diperlukan untuk pembakaran berlebihan dibanding dengan bahan bakar, reduksi akan terjadi apabila udara yang dibutuhkan kurang sedangkan netral akan terjadi bila udara dan bahan bakar seimbang.