Perkembangan pembakaran barang-barang keramik menunjukkan adanya perubahan metode pembakaran, yaitu dari api unggun menjadi model tungku. Model tungku bertujuan untuk lebih memudahkan pengontrolan api. Udara panas akan naik, dan ini menjadi prinsip utama pengembangan tungku saat itu. Penemuan tungku updraft (api naik) dapat diketahui dari beberapa ilustrasi kuno, terutama jaman Mesir Kuno.
Pembakaran sederhana dengan tungku ini dimulai dengan jenis tungku bank kiln.
Gambar 8. Bank Kiln
Seiring dengan perkembangan produksi bahan-bahan porcelain pada 960-1279 di Cina mulai dikembangkan jenis tungku bank climbing kiln yaitu jenis bank kiln berundak/bertingkat. Bangsa Korea juga mengembangkan tungku jenis ini yang disebut anagama, yang hampir mirip dengan jenis tungku Cina dikembangkan tetapi dimodifikasi untuk pengontrolan api. Di Jepang juga mengembangkan tungku ini pada abad 17 dengan menggabungkan 20 ruangan tungku setinggi 6 ft dan lebar 8 ft.
Gambar 9. Anagama, sebuah jenis bank-climbing kiln
Setelah periode itu, tungku berkembang secara sendiri-sendiri pada berbagai peradaban dunia untuk menghasilkan metode pembakaran yang lebih baik. Tungku pembakaran keramik yang pertama berupa bangunan/bentuk melingkar/tabung/dome yang dibuat dari batuan setempat dan pecahan bakaran keramik yang dilekatkan satu sama lain dengan lumpur tanah liat. Di beberapa bagian dibuat lubang udara sekaligus untuk mengambil barang– barang bakaran.
Gambar 10. Tungku primitif berbahan bakar api unggun berbentuk melingkar/tabung/dome.
Gambar 11. Tungku yang paling banyak digunakan di dunia pada jaman dulu. Pertama kali digunakan di Yunani, kemudian diadopsi Romawi dan dengan berbagai modifikasi digunakan oleh dunia barat selama berabad-abad.