Asy’ari dkk. (2012) telah menjelaskan bahwa pada awalnya untuk kemudahan pengukuran diameter atau keliling batang yang disesuaikan dengan juluran kedua lengan agak merendah ke depan dilakukan dengan harapan tidak memberikan rasa lelah selama pengukuran diameter atau keliling batang berlangsung. Tetapi, fakta di lapangan membuktikan bahwa pengukuran diameter atau keliling batang dengan juluran kedua lengan berada pada setinggi dada tidak memberikan secara jelas posisi batang pohon yang diukur diameternya atau kelilingnya.
Mengapa? Posisi batang pohon yang diukur akan berbeda-beda apabila orang yang melakukan pengukuran memiliki tinggi yang berbeda. Oleh sebab itu, untuk keseragaman pengukuran dan memberikan hasil pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi maka akhirnya diambil patokan pengukuran diameter atau keliling batang yang dilakukan setinggi dada adalah 1,30 m dat. Masih di dalam Asy’ari dkk. (2012), sebenarnya kesepakatan tersebut sudah termasuk upaya menghindari jika letak pengukuran diameter atau keliling pada lekukan batang (neloid).
Spilasi yang digunakan untuk menghindari lekukan batang tersebut sebesar 0,20 m. Jadi setinggi dada yang sebenarnya adalah (1,30 m – 0,20 m) = 1,10 meter dan kemudian ditambah spilasi 0,20 m. Ini akan tampak jelas pada ketentuan letak pengukuran diameter atau keliling yang akan dijelaskan berikut. Memperhatikan kondisi berdiri batang pohon dan kondisi permukaan tanah tidak selalu relatif datar, sehingga dapat menyebabkan kesalahan letak pengukuran.
Agar diperoleh data yang akurat, maka letak pengukuran diameter atau keliling harus disesuaikan. Di bawah ini diberikan pemaparan cara pengukuran diameter atau keliling batang pohon berdiri.
(a) Pohon berdiri tegak di atas tanah datar
Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) yang diukur pada pohon berdiri adalah diameter atau keliling batang pohon yang berjarak 1,30 m di atas permukaan tanah. Oleh sebab itu, ketentuan pengukuran diameter atau keliling setinggi 1,30 m didasarkan untuk pohon berdiri tegak pada permukaan tanah yang relatif datar, sehingga pengukurannya dapat dilakukan seperti yang terlihat dalam Gambar 9.
Gambar 9. Lpd pohon berdiri tegak di atas tanah datar
(b) Pohon berdiri miring di atas tanah datar
Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) yang diukur apabila pohon berdiri miring di atas tanah adalah pada bagian miring batang pohon di sebelah atasnya. Dengan demikian pengukuran diameter atau keliling batang pohon dilakukan seperti yang terlihat dalam Gambar 10, yaitu sejauh 1,30 m di atas permukaan tanah.
Gambar 10. Lpd pohon berdiri miring di atas tanah datar
(c) Pohon berdiri miring di atas tanah miring
Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) yang diukur apabila pohon berdiri tegak pada permukaan tanah yang cukup miring (lereng) adalah diameter atau keliling batang pohon yang berjarak 1,30 m di atas permukaan tanah dari salah satu permukaan tanah tempat tumbuh pohon tersebut. Mengapa? Permukaan tanah yang miring akan memberikan kesempatan dalam pengukuran diameter atau keliling batang pohon dengan dua cara seperti yang terlihat dalam Gambar 11.
Gambar 11. Lpd pohon berdiri miring di atas tanah miring
(d) Pohon yang memiliki akar banir
Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang memiliki banir adalah didasarkan ketinggian ujung banir pada pohon berdiri.
- Batas ujung banir (Bub) kurang dari 1,10 m
Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang memiliki banir kurang dari 1,10 m adalah setinggi 1,30 m di atas permukaan tanah. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 12. - Batas ujung banir (Bub) tepat setinggi 1,10 m
Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang memiliki banir tepat setinggi 1,10 m adalah setinggi 1,10 m + 0,20 m atau setinggi 1,30 m di atas permukaan tanah. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 13.