" /> Pengukuran dan Perhitungan Pohon - TN Sipil
Home > Ilmu Ukur Kayu > Pengukuran Pohon > Pengukuran dan Perhitungan Pohon

Pengukuran dan Perhitungan Pohon

Terdapat tiga istilah yang umum digunakan untuk menentukan ukuran suatu obyek yang berkaitan dengan pengukuran dalam arti luas, yaitu pengukuran, penafsiran, dan peramalan. Apakah Anda mengetahui perbedaan dari ketiga istilah tersebut?

Pengertian ketiga istilah pengukuran seperti yang tertera di bawah ini, yaitu :
1. Pengukuran
Pengukuran adalah pengamatan yang dilakukan dengan pengukuran secara langsung menggunakan alat ukur tertentu dan dilakukan terhadap seluruh obyek yang diamati.

2. Penafsiran
Penafsiran adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur tertentu tetapi hanya dilakukan terhadap sebagian obyek yang diamati. Obyek yang diamati disebut populasi sedang bagian dari obyek yang diamati disebut sampel (contoh). Jika populasinya adalah pohon-pohon dalam hutan, maka sampelnya berupa kumpulan pohon yang terdapat di dalam petak ukur (PU). Petak ukur dapat berbentuk lingkaran, bujur sangkar, segi empat ataupun jalur. Penafsiran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui :
a. Metode bilangan bentuk.
b. Tarif/tabel lokal.
c. Table tegakan.
d. Table hasil.
e. Table kelas bentuk.

3. Peramalan
Peramalan merupakan kegiatan untuk menentukan nilai obyek dengan mencoba mengukur keadaan yang akan datang dengan data yang diperoleh pada masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Peramalan umumnya digunakan di bidang meteorology dan geofisika maupun ekonomi makro.

Dari ketiga istilah tersebut di atas, pengukuran merupakan topik bahasan dalam buku teks bahan ajar siswa ini. Di dalam pengukuran biasanya selalu ditemui adanya kesalahan (bias).
Berdasarkan sumbernya, kesalahan dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sampling Error
Sampling error merupakan kesalahan yang timbul diakibatkan oleh ukuran sampel, jumlah sampel, maupun bentuk sampel dan metode sampling yang digunakan. Sampling error seringkali terjadi pada penafsiran maupun peramalan.
b. Non sampling error
Non sampling error merupakan kesalahan yang disebabkan oleh faktor pengukurannya sendiri, antara lain :

  • Orangnya atau peneliti.
  • Alat.
  • Situasi dan kondisi.
  • Tidak jelas cara pengukuran.
  • Adanya keanehan bentuk obyek.

Lawas dan Kegunaan
Lawas atau ruang lingkup pengukuran kayu adalah tatacara mengukur dimensi kayu (pohon), termasuk perhitungannya. Oleh sebab itu, ilmu ukur kayu merupakan alat bantu utama dalam mempelajari pelaksanaan kegiatan kehutanan, seperti kegiatan antara lain inventarisasi hutan, budidaya hutan (silvikultur), eksploitasi hutan (pemungutan hasil hutan), pemasaran hasil hutan. Jadi, Asy’ari dkk. (2012) menyatakan bahwa peranan/kegunaan ilmu ukur kayu bila ditinjau dari lawas kegiatannya, adalah :
(1) Pengukuran dimensi kayu/pohon berdiri untuk menentukan potensi yang merupakan kegiatan pokok dalam inventarisasi hutan.
(2) Pengukuran dimensi kayu/pohon rebah termasuk hasil olahannya berupa sortimen tertentu, guna mengetahui volume produksi yang diperoleh (ekspoitasi hutan, pengukuran & pengujian kayu).
(3) Pengukuran pertumbuhan dimensi kayu/pohon dan hasil hutan lainnya untuk pengaturan hasil hutan, termasuk pemeliharaannya (riap, umur tebang, rotasi tebangan, waktu penjarangan pada hutan tanaman).