" /> Analisa Parameter Hidrologi Sistem Irigasi - TN Sipil
Home > Irigasi dan Drainase > Sistem Irigasi Permukaan > Analisa Parameter Hidrologi Sistem Irigasi

Analisa Parameter Hidrologi Sistem Irigasi

Sebelum suatu jaringan sistem irigasi permukaan dirancang, maka parameter-parameter yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang sistem irigasi permukaan ditentukan. Adapun parameter tersebut adalah data tentang kondisi daerah yang akan dibangun sistem irigasinya dan lingkungan sekitarnya. Data-data tersebut harus diselidiki secara akurat sesuai dengan kondisi lapangan. Adapun data yang dibutuhkan dalam merencakan sistem irgasi adalah sebagai berikut, yaitu data (1) hidrologi, (2) topografi dan (3) geologi teknik.

Parameter-parameter data hidrologi yang sangat penting untuk perencanaan jaringan irigasi adalah curah hujan, laju evapotranspirasi, debit puncak dan debit harian, angkutan sedimen.
a. Curah hujan
Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan :
 Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
 Curah hujan berlebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung kebutuhan pembuangan atau drainase dan debit (banjir).

Untuk analisis curah hujan efektif, curah hujan di musim kemarau dan penghujan akan sangat penting artinya. Untuk curah hujan lebih, curah hujan di musim penghujan yaitu bulan-bulan turun hujan. Untuk kedua tujuan tersebut data curah hujan harian akan dianalisis untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang dapat diterima. Data curah hujan harian yang meliputi periode sedikitnya 10 tahun akan diperlukan.

b. Evaportanspirasi
Analisis mengenai evapotraspirasi diperlukan untuk menentukan besarnya laju evapotranspirasi tanaman yang akan dipakai untuk menghitung kebutuhan air irigasi, dan kalau perlu untuk studi neraca air di daerah aliran sungai. Studi ini mungkin dilakukan bila tidak tersedia data aliran dalam jumlah yang cukup.
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang berkenaan dengan:
 Suhu, yaitu suhu harian maksimum, minimum dan rata-rata.
 Kelembaban relatif.
 Sinar matahari yaitu lamanya matahari bersinar dalam sehari.
 Kondisi angin, meliputi kecepatan dan arah angin.
 Laju evaporasi yaitu evaporasi harian.
Data-data tersebut di atas adalah standar bagi stasiun-stasiun agrometerologi. Jangka waktu pencatatan untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal adalah sekitar sepuluh tahun.

c. Banjir Rencana
Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang rata-rata yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa membahayakan jaringan irigasi dan stabilitas bangunan- bangunan. Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit puncak, dan biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal, catatan data yang dipakai harus paling tidak mencakup waktu 20 tahun.

Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan tinggi muka air atau debit puncak dari catatan data yang tersedia. Data debit puncak yang hanya mencakup jangka waktu yang pendek akan mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si pengamat. Harga–harga debit rencana sering ditentukan dengan menggunakan metode hidrologi empiris, atau analisis dengan menghubungkan harga banjir dengan harga curah hujan.

d. Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemung-kinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah – bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar analisisnya cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 20 tahun.

Jika persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai. Dalam menghitung debit andalan, harus dipertimbangkan air yang diperlukan dari sungai di hilir pengambilan. Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air. Penurunan debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 80% – 90% untuk debit andalan. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS.