" /> Cara Menyimpan Bahan Hasil Pertanian - TN Pangan
Home > Pertanian dan Perikanan > Menyimpan Hasil Pertanian > Cara Menyimpan Bahan Hasil Pertanian

Cara Menyimpan Bahan Hasil Pertanian

Beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain pendinginan, pembungkusan dengan polietilen dan penambahan bahan kimia. Penyimpanan komoditas hasil pertanian biasanya juga dikombinasikan dengan berbagai upaya pengawetan/tindakan pencegahan kerusakan seperti pelilinan, penggunaan KMnO4, samper fresh, CaCl2.
1. Pendinginan
Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan temperatur yang optimum untuk mempertahankan mutu dan kesegaran. Penyimpanan dengan cara pendinginan merupakan salah satu cara menyimpan produk dalam ruangan yang bersuhu rendah. Suhu yang rendah tersebut diharapkan dapat menekan kegiatan penuaan maupun kegiatan mikroba perusak. Kondisi yang harus dipertimbangkan dalam penyimpanan bersuhu rendah adalah suhu, kelembaban, komposisi udara, dan tekanan.

Semua faktor tersebut bervariasi menurut masing-masing komoditi seperti yang tercantum pada tabel 5. Penyimpanan di bawah suhu 15 0C dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin (chilling storage). Meskipun pendinginan dapat meningkatkan daya simpan komoditas pertanian, namun pendinginan juga dapat mengakibatkan kerusakan yang disebut dengan chilling injury. Kerusakan pendinginan dari buah pisang pada temperatur kritis (130C) adalah warna kusam, perubahan cita rasa dan tidak bisa masak.

Menurut Santoso (2006), kondisi optimum penyimpanan buah pisang adalah 11-200C dan RH 85-95 persen. Pada kondisi ini metabolisme oksidatif seperti respirasi berjalan lebih sempurna. Pendinginan tidak mempengaruhi kualitas rasa, kecuali bila buah didinginkan secara berlebihan sehingga proses pematangan terhenti.

2. Pengemasan dengan plastik/polietilen (PE)
Penyimpanan dengan plastik dapat digunakan untuk memperlambat pematangan sayuran buah. Wisnuwati (2011) menyatakan bahwa penyimpanan dengan plastik dilakukan dengan cara memasukkan sayuran buah dalam kantong plastik dengan ketebalan sekitar 0,02 mm (kantong plastik biasa), lalu diikat rapat-rapat dan dilubangi permukaan plastik tersebut dengan peniti atau jarum pentul sebanyak 4-5 lubang. Sayuran tersebut dapat disimpan dalam suhu ruang dan proses pematangannya dapat ditunda minimal 3 hari dari kondisi normal.

Kehilangan air dapat dikurangi dengan jalan memberi pembungkus pada bahan yang akan didinginkan. Salah satu jenis pembungkus yang cukup baik digunakan adalah pembungkus dari bahan plastik. Berdasarkan penelitian Scott dan Robert (1987) penyimpanan pisang yang masih hijau dalam kantong polietilen dapat memperlambat pematangan pisang selama 6 hari pada suhu 20oC.

Proses pelambatan pematangan sayuran buah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Plastik yang tertutup rapat mengubah (memodifikasi) udara sehingga tidak sama dengan kondisi udara di luar kantong plastik. Gas etilen dari sayuran tetap menguap dan bertumpuk di dalamnya sehingga dengan dibuatkan lubang yang tidak terlalu besar akan cukup untuk membuang tumpukan gas etilen dalam kantong.

3. Pelapisan Buah dengan Emulsi Lilin
Penyimpanan dengan teknik pelapisan lilin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran sayuran meskipun ditaruh dalam suhu ruang. Pelapisan lilin dapat mencegah penguapan yang terlalu tinggi, mencegah pernapasan terlalu cepat dan untuk memperindah penampakan. Pelapisan lilin dapat dilakukan dengan menggunakan lilin lebah, lilin karnauba, dan lilin parafin ditambah emulgator berupa asam oleat dan tretanolamin. Beberapa sayuran yang dapat diberi lapisan lilin adalah kentang, wortel, cabai, timun, dan tomat. Cara pelapisan lilin adalah dengan mencelupkan sayuran ke dalam emulsi lilin selama 30 detik dan ditiriskan dengan cara diangin-anginkan.

Secara lebih lengkap, Santoso (2006) menjelaskan proses pelilinan buah maupun sayuran. Sebagai contoh komoditas yang akan dilapisi llilin adalah mangga, apel, belimbing, pisang, jambu biji, tomat, cabe merah, buncis, ketimun, lilin. Bahan yang digunakan untuk proses pelilinan adalah trietanolamin, asam oleat, beberapa peralatan yang diperlukan antara lain adalah ember plastik, panci enamel, keranjang kawat, termometer, pengaduk, stop watch. Cara pembuatan lilin dan proses pelilinan adalah sebagai berikut.

Cara pembuatan emulsi lilin dapat dilakukan dengan memanaskan lilin dengan suhu 90-95oC) hingga lilin mencair. Larutan tersebut ditambah dengan asam oleat sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sambil diaduk. Selanjutnya ditambah trietanolamine sambil terus diaduk dengan suhu dipertahankan tetap, kemudian ditambahkan air (tidak sadah) yang sudah didihkan (90-950C) dengan pelahan-lahan sambil terus diaduk.

Larutan didinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir untuk mendapatkan emulsi lilin dengan konsentrasi yang diinginkan dapat dilakukan pengenceran dengan air (tidak sadah). Untuk pemakaiannya sebaiknya digunakan emulsi lilin yang masih segar. Buah dan sayur yang sudah ditiriskan, masukkan ke dalam keranjang kawat kemudian celupkan ke dalam emulsi lilin (konsentrasi 6 dan 12%) sampai semuanya terendam selama 30-60 detik kemudian diangkat dan ditiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering agar pelapisannya merasa pada seluruh permukaan kulit dan tidak lengket. Bahan yang sudah dilapisi lilin dapat disimpan pada suhu ruang maupun dalam lemari es.