" /> Teknik Modified Atmosphere Container - TN Pangan
Home > Pertanian dan Perikanan > Pengolahan Hasil Pertanian > Teknik Modified Atmosphere Container

Teknik Modified Atmosphere Container

Penyimpanan dengan cara ini menggunakan wadah/kontainer yang komposisi udaranya (gas Nitrogen, Karbondioksida, dan Oksigen) diatur sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan daya simpan komoditas hasil pertanian. Cara kerjanya adalah gas yang tidak terpakai/berlebihan dalam kontainer dikurangi. Kontainer dapat diisi dengan gas N2, O2, dan CO2 sesuai kebutuhan. Penggantian gas menyebabkan komposisi gas dalam kontainer menjadi O2 di bawah 8%, CO2 lebih dari 2%, dan N2 sekitar 90%.

Hal ini berbeda dengan komposisi udara bebas yang terdiri dari N2 78,03%, O2 20,99%, dan CO2 0,09%. Kelembaban udaranya tetap dipertahankan sekitar 85% sehingga aktivitas metabolisme sayuran akan berkurang dan proses kerusakannya dapat dihambat. Santoso (2006) mengungkapkan bahwa bahan hasil pertanian setelah dipanen masih terus melangsungkan respirasi dan metabolisme, sehingga dianggap masih hidup. Selama proses respirasi dibutuhkan oksigen yang terdapat di lingkungan sekitar.

Hasil metabolisme proses respirasi berupa CO2 dan air serta ethylene. Kandungan oksigen, karbondioksida dan ethylene, saling mempengaruhi metabolisme komoditi. Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa komposisi udara di ruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Komposisi udara secara normal terdiri dari O2 (20%), CO2 (0.03%), N2 (78.8%). Dengan melakukan modifikasi atmosphere di sekitar komoditi tersebut dapat menghasilkan beberapa keuntungan terhadap komoditi tersebut.

Modifikasi komposisi udara dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan kandungan karbondioksida (CO2). Kadang-kadang masih diperlukan pula untuk mencegah agar gas ethylene yang diproduksi tidak terkumpul di udara ruang penyimpanan. Pada umumnya udara yang semakin menipis kandungan oksigennya serta semakin meningkat kandungan karbondioksida akan mengakibatkan menurunnya laju aktivitas pernapasan dari komoditi segar.

Ethylene merupakan hormon tanaman, dimana dengan dosis yang sangat kecil dapat besar pengaruhnya terhadap tahap-tahap metabolisme, termasuk di dalamnya proses awal pematangan, kelayuan dan kematangan serta proses pembentukan senyawa phenolic. Terakumulasi gas ethylene dalam ruang penyimpanan akan mengakibatkan wortel pahit rasanya yang disebabkan adanya akumulasi zat phenol, demikian pula dapat menyebabkan asparagus menjadi keras, karena ethylene merangsang proses pembuatan lignin.

Ethylene (C2H4) dapat mengakibatkan terjadinya pengerasan ubi jalar atau pembusukan bagian dalam. Modifikasi komposisi udara atau yang juga dikenal sebagai contoh atmosphere storage berfungsi menentukan atau mengatur sistem noymonal oleh ethylenene. Sinthesis ethylene yang cukup untuk merangsang proses pematangan tidak akan terjadi bila kadar oksigen di bawah 7% (Mapson dan Robinson, 1966). Kepekaan komoditi terhadap ethylene juga menjadi rendah pada konsentrasi oksigen rendah.

Sebelum ethylene dapat mempengaruhi sesuatu komoditi molekul oksigen harus terikat atau bereaksi pada bagian dimana ethylene melekat. Bila kadar oksigen tinggi 3%, terikatnya ethylene turun sebanyak 50% (Burg dan Burg 1967). Karbondioksida (CO2) tidak secara langsung mempengaruhi sinthesis ethylene, tetapi lebih bersifat antogonistis terhadap ethylene. Secara struktural CO2 merupakan analog terhadap ethylene sehingga bersaing terhadap tempat yang seharusnya ditempati oleh ethylene.