" /> Alat Pancang Suhu - TN Seni

Alat Pancang Suhu

Cone atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai pancang suhu merupakan salah satu alat pengukur suhu pembakaran yang tergolong akurat. Cone dibuat dari campuran bahan keramik dengan komposisi seperti pada glasir. Bahan tersebut dibentuk sebagai piramid tinggi dengan tiga sisi dan dirancang untuk melunak dan membengkok pada suhu tertentu. Setiap pancang mempunyai nomor tertentu (nomor 020 – nomor 15). Nomor 020 untuk suhu 600oC, sampai dengan nomor 15 untuk suhu 1431oC.

Nomor-nomor tersebut sesuai dengan temperatur pembakaran yang mengindikasikan pada suhu berapa pancang tersebut akan melengkung atau membengkok menyentuh lantai dasar. Standar ukuran untuk pancang besar, tinggi kurang lebih 66 mm dan untuk pancang kecil, tinggi kurang lebih 25 mm. Pancang suhu ini hanya dapat dipakai sekali saja. Setelah suhu yang sesuai nomor kode dicapai, maka pancang akan melengkung dan tidak dapat digunakan lagi.

Agar pancang berfungsi dengan baik, maka harus diletakkan pada sudut kemiringan 8o, dihitung dari poros tegak lurus dengan lantai dasar dan ditempatkan di dalam tungku, diletakkan dekat lubang intai (spy hole) agar dapat dilihat dari luar tungku pembakaran. Karena pancang dibuat dari bahan keramik yang formulanya disesuaikan dengan suhu matang tertentu, maka pancang ini dianggap sebagai alat pengukur suhu yang baik, selain pirometer.

Untuk mengamati suhu pembakaran, dianjurkan menggunakan satu seri, terdiri atas tiga buah pancang yang berurutan nomornya, misalnya nomor 5, 4, dan 3 untuk suhu matang sekitar 1150oC. Ketiga pancang tersebut disusun berjajar dengan sudut kemiringan 8o dan diletakkan sedemikian rupa di dalam tungku sehingga dapat dilihat melalui lubang intai. Bila pancang pertama (nomor 3) sudah membengkok dan ujungnya hampir menyentuh lantai dasar, maka berarti suhu yang diinginkan hampir tercapai.

Apabila pancang pertama (nomor 3) sudah membengkok dan ujungnya sudah menyentuh lantai dasar, dan pancang ke dua (nomor 4) sudah membengkok serta ujungnya hampir menyentuh lantai dasar, maka berarti suhu yang diinginkan telah tercapai. Pancang ketiga (nomor 5) diupayakan dalam keadaan tetap tegak pada setiap akhir pembakaran. Jika pancang ketiga (nomor 5) ikut membengkok sampai menyentuh lantai dasar, maka akan melewati suhu bakar yang seharusnya (overfiring).

Pancang yang lebih rendah digunakan untuk mengetahui bahwa suhu pembakaran akan tercapai, sedangkan nomor yang lebih tinggi digunakan untuk mencegah jangan sampai suhunya terlalu tinggi. Dalam praktik sehari-hari seringkali dijumpai bahwa orang hanya menggunakan sebuah pancang saja, yang tentunya mengandung risiko bila pancang tersebut tidak berfungsi dengan baik.
image
Gambar 32. Cone nomor 5 – Cone nomor 4 – Cone nomor 3

Pancang dikembangkan di Jerman oleh seorang ahli keramik bernama Dr.Hermann Seger pada tahun 1886. Pada awalnya pelat ini digunakan untuk pengujian pembakaran bahan-bahan tahan api. Dalam perkembangannya ia membuat pancang menjadi beberapa seri, masing-masing diberi nomor berdasarkan suhu matang yang ingin dicapai, dikenal sebagai pancang seger. Selain pancang seger, berkembang pula pancang-pancang lain yang digunakan di industri keramik, yaitu pancang orton dibuat oleh Eduard Orton dari Amerika dan pancang staffordshire (sentra industri keramik) di Inggris yang ketiganya mempunyai sedikit perbedaan.

Cara kerja pancang adalah sebagai berikut: pada saat bersentuhan dengan api, pengaruh panas pertama-tama mengenai ujung, selanjutnya merambat ke bawah; oleh karena itu, pada saat titik matang, pancang akan melengkung perlahan dari atas ke bawah. Tingkat kecepatan kenaikan suhu pembakaran berpengaruh pada kerja pancang, sebagai contoh bila waktu pembakaran mencapai suhu matang terlalu cepat (fast firing) dibandingkan dengan waktu seharusnya, maka akan diperlukan suhu yang lebih tinggi untuk membengkokkan/melengkungkan pancang.

Kenaikan suhu perjam untuk setiap pancang berbeda-beda. Menurut Daniel Rhodes, kenaikan 20oC per jam dianggap lambat. Pancang orton dibuat untuk kenaikan suhu antara 60oC/jam dan 150oC/jam. Bila suhu pembakaran tinggi telah tercapai, (biasanya warna api putih menyilaukan), pancang di dalam tungku sulit untuk dilihat. Hal ini dapat diatasi dengan meniupkan udara ringan ke dalam tungku melalui lubang intai sehingga pancang dapat dilihat walaupun hanya sepintas. Hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Tabel 1. Daftar pyrometric cone.
image