a. Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik dengan traktor bentukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak di lapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang.
Berdasarkan Penampungannya drainase dalam dibagi menjadi 2, yaitu singular dan komposit.
– Singular
Terdiri dari jajaran pipa–lateral yang ditanam di bawah permukaan tanah dengan jarak tertentu, air yang keluar dari seluruh pipa lateral ditampung pada saluran terbuka, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama.
Gambar 21. Sistem Drainase Singular
– Komposit
Terdiri dari jajaran pipa–pipa lateral yang ditanam di bawah permukaan tanah dengan jarak tertentu, air dari seluruh pipa lateral ditampung pada pipa penampung yang juga ditanam di tanah, antara pipa lateral dengan pipa penampung dihubungkan dengan sambuangan, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama.
Gambar 22. Sistem Drainase Komposit
b. Berdasarkan sistemnya, drainse dalam dibagi menjadi 4, yaitu :
– Random sistem
Sistem ini digunakan pada lahan yang berombak atau pada lahan dimana kondisi tanahnya terdiri dari beragam jenis tanah dan pada lahan yang terdapat area tergenang. Sistem drainase random, daerah cekungan dihubungkan dengan saluran pengumpul air dan air di keluarkan dari lahan melalui saluran pembuang (Gambar 8.5). Sistem ini sering diterapkan di lahan yang tidak memerlukan operasi pertanian intensif, seperti padang rumput, atau di mana peralatan mekanisasi pertanian terutama peralatan kecil dan sederhana dapat diterapkan.
Gambar 23. Diagram jaringan random sistem
Gambar 24. Sistem Drainase Random
Perataan lahan adalah membentuk permukaan tanah kepada ketinggian yang telah ditentukan, sehingga setiap baris atau lereng permukaan lahan dapat membuang air dari lahan. Dibandingkan dengan bedengan, perataan lahan mengurangi jumlah bidang saluran air, sehingga mengurangi kebutuhan untuk pengendalian gulma dan pemeliharaan. Perataan lahan juga berarti untuk meningkatkan lahan yang tersedia lebih banyak untuk ditanami.
Gambar 25. Perataan Lahan