Menurut Prof. Sudiro akibat kebisingan tidak berarti kita harus meng hentikan segala kemajuan, walaupun menimbulkan risiko menambah bising baru yang mungkin lebih mencemaskan. “Setiap akibat sampingan sebagai akibat kemajuan teknologi, harus dilawan dengan kemajuan teknologi baru”. Ada 4 cara dasar untuk mengatasi kebisingan yang dikemukakan, yaitu perencanaan tata ruang yang baik, penggunaan bahan-bahan bangunan dan akustika yang tepat, pembuatan seksi-seksi atau bangunan pembendung (penahan) dan penggunaan getaran suara, yaitu cara yang dalam waktu dekat telah dan akan dapat berhasil.
Gangguan suara merupakan suatu kebisingan yang sulit untuk diatasi. Bising adakah suara yang kita dengar akibat adanya getaran udara yang berasal dari sumber getaran dan sampai pada telinga kita. Tidak semua getaran dapat kita terima menjadi suara yang bisa kita dengar. Adanya batas-batas jumlah frekuensi dan amplitudo tertentu. Dalam hal ini bising itu banyak sekali macamnya, misalnya gemerciknya hujan, gemuruhnya gelombang laut dan lain-lain.
Tetapi selain bising alam yang berlangsung jutaan tahun, masih banyak lagi bising lainnya sebagai hasil peradaban manusia . Misalnya Suara mesin-mesin pabrik, pembangunan lalu litas, kapal terbang dan lain-lain. Bahkan suara musik yang oleh pemainnya merupakan suara merdu dan enak didengar, tapi bagi orang lain yang tidak berkepentingan bahkan merupakan suara bising yang sangat menjengkelkan. Akibat jangka panjang atau menengah dari bising terhadap manusia adalah hilangnya daya pendengaran.
Makin tua umur manusia makin berkuranglah daya pendengarannya atau dalam istilah asingnya dikatakan presbicusis. Bila seorang sering mendapat gangguan bising yang tingkat bunyinya tinggi, maka makin cepatlah pengurangan pendengarannya. Demikian pula halnya pada frekuensi tinggi yang sangat pekak bagi telinga, pengurangan pendengaran akan lebih cepat terjadi. Di samping itu menurut penghematan, bising sangat mempengaruhi manusia baik secara psikologis maupun biologis.
Penyelidikan juga menunjukkan bahwa disekitar pelabuhan udara persentase timbul penyakit lebih besar dari pada di daerah lain. Angka keguguran juga lebih besar, bahkan penyelidikan lain menunjukkan bahwa serangan jantung terjadi ditempat sumber bising. Pengaruh lain yang merugikan ialah adanya kemerosotan prestasi pekerja. Menurut Dr. P.G. Knitschild suara bukan alamiah dari pesawat terbang akan memperpendek umur manusia apabila berlangsung terus menerus.
Menurut Prof. Sudiro umumnya kita tidak menyadari bahwa setiap tahun bising itu bertamabah rata-rata satu dB (desibel) akibat banyaknya motor, mesin-mesin, pesawat dan lain-lain. Dengan demikian, penahaban kegaduhan pada akhir abad ini dapat mencapai sekitar 20 dB atau lebih. Desibel adalah ukuran intesitas suara. Sebagai perbandingan dapat disebutkan pesawat terbang pada jarak pendek memiliki dB 120 dengan akibat mendekati batas telinga.
Bor mesin pada jarak satu meter dekat lapangan terbang mempunyai dB 100 dengan efek tak tertahan. Bis dan truk pada jarak 7 meter dBnya 90. Ini berbaya untuk kerusakan pendengaran bila terus menerus. Tempat tinggal dekat jalan yang besar (ramai) mempunyai 60 dB, seperti percakapan keras pada jarak 1,5 meter. Gemerisiknya daun-daun tingkat dB-nya 20 (pelahan), sedang di padang pasir adalah 10, dan biasanya sudah diamati. Sunyi sepi dB-nya 0, yaitu batas tidak dapat didengar.
Menurut Prof. Sudiro akibat kebisingan tidak berarti kita harus meng hentikan segala kemajuan, walaupun menimbulkan risiko menambah bising baru yang mungkin lebih mencemaskan. “Setiap akibat sampingan sebagai akibat kemajuan teknologi, harus dilawan dengan kemajuan teknologi baru”. Ada 4 cara dasar untuk mengatasi kebisingan yang dikemukakan, yaitu perencanaan tata ruang yang baik, penggunaan bahan-bahan bangunan dan akustika yang tepat, pembuatan seksi-seksi atau bangunan pembendung (penahan) dan penggunaan getaran suara, yaitu cara yang dalam waktu dekat telah dan akan dapat berhasil.