" /> Kayu Damar Sebagai Bahan Furnitur - TN Seni
Home > Teknologi Bahan Furnitur > Kayu Sebagai Bahan Furnitur > Kayu Damar Sebagai Bahan Furnitur

Kayu Damar Sebagai Bahan Furnitur

Kayu Damar ini memiliki berat jenis berkisar antara 0.36 ~ 0.64 (Martawijaya et.al. 1986) dan telah digunakan sebagai komponen alat musik, mebel, pulp dan kertas, serta bahan baku industri pesawat ringan (Surjokusumo 1992). Namun demikian, pemanfaatan kayu Damar belum memisahkan bagian kayu normal dan kayu tekannya, sehingga penelitian tentang ultrastruktur kayu tekan kayu Damar perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan struktur anatominya dan pengaruhnya terhadap sifat fisisnya.

Sifat makroskopik kayu tekan sangat berbeda dengan sifat kayu normalnya dan adanya cacat kayu tekan banyak menimbulkan kerugian. Disamping itu penelitian ultra-struktur kayu tekan masih jarang dilakukan terutama di Indonesia.
image
Gambar. 1 Bagian bagian batang

1. Akar
2. Batang
3. Cabang
4. Ranting dan
5. Daun
a. Bagian pangkal, umumnya tak bermata kayu dan dapat dijadikan kayu pertukangan yang baik
b. Bagian tengah dan ujung, memiliki mata kayu. Bagian ini umumnya digunakan

Kayu sebagai bahan Konstruksi dan Furnitur
Pemilihan dan penggunaan kayu untuk sesuatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan sifat-sifat kayu yang bersangkutan, terutama: berat jenis, kelas awet, dan kelas kuat. Sifat-sifat ini penting sekali untuk diketahui setiap orang yang bergerak pada bidang industri dan pengolahan kayu, sebab dari pengetahuan sifat-sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat ditentukan kemungkinan pengisian oleh jenis kayu yang lainnya, apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara terus-menerus atau terlalu mahal.

Seringkali terjadi pemilihan dan penggunaan sesuatu jenis kayu yang tidak tepat karena tidak sesuai dengan sifat-sifatnya. Tentu saja dalam hal ini hasilnya tidak akan memuaskan. Bahan, biaya tenaga dan waktu banyak terbuang sehingga merugikan perusahaan. Hutan Indonesia memiliki potensi ± 4000 jenis pohon berkayu yang tersebar di seluruh nusantara. Dari jumlah tersebut baru sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat-sifatnya.

Untuk mengenal nama kayu bisa dari nama umum dalam perdagangan atau nama botanik dalam system klasifikasi tumbuh-tumbuhan (nama ilmiah), yaitu: SPECIES (jenis) dan FAMILIA (suku). Nama ilmiah untuk jenis (species) terdiri dari 2 kata. Kata pertama menunjukan nama marga (genus), sedangkan kata kedua menunjukkan jenis tersebut. Umumnya nama ilmiah yang lengkap disertai nama orang yang pertama kali memberikan nama yang tepat untuk jenis yang bersangkutan.

Misalnya: Pinus merkusii Jungh et de Vr. (Tusam), artinya adalah sebagai berikut:  Pinus = nama marga, merkusii = nama jenis, Jung et de Vr. = nama orang yang memberi nama “merkusii”. (Tusam = nama dagang). Pinus merkusii Jungh et de Vr. Tergolong ke dalam suku Pinaceae. Kadangkala nama orang yang memberikan nama jenis tidakditulis lengkap, melainkan disingkat, misalnya: Santalum album L. (Cendana).

Nama dari jenis kayu perdagangan yang ditampilkan sering kali merupakan nama untuk sekelompok jenis botanik lebih dari satuyang mempunyai ciri dan sifat kayu yang hampir sama, sehingga di belakang nama marga tidak ditulis nama jenis tertentu, melainkan ditulis spp atau spec. div. misalnya: Alstonia spp atau Alstonia spec. div. (Pulai). Pulai merupakan nama kelompok untuk 4 jenis botanik dalam marga Alstonia yaitu: Alstonia angustiloba Miq., Alstonia pneumatophora Back, dan Alstonia scholaris R. Br.